Seismometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
perubahan getaran permukaan tanah. Seismometer biasanya digunakan untuk
hal yang berkaitan dengan peristiwa gempa bumi. Sedangkan seismograf
memiliki cara kerja yang lebih rinci. Seismograf adalah seperangkat alat
yang terdiri dari bandul pemberat dengan pensil di ujungnya. Jadi
saat terjadi gempa bumi atau goyangan, pensil akan ikut bergetar dan
merekam sebuah pola dalam selembar kertas.
Seismograf adalah alat pencatat
parameter gempa yang dirangkai bersama dengan seismometer. Sebuah
seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical dan
komponen horizontal. Ketika peristiwa gempa bumi terjadi, getaran
yang pertama direkam seismograf adalah gelombang tubuh (body wave). Gelombang
tubuh terbagi lagi menjadi dua, yaitu gelombang primer dan sekunder.
Gelombang primer yang memiliki
cepat rambat gelombang paling tinggi adalah gelombang yang terekam
pertama, diikuti rekaman gelombang sekunder dengan cepat rambat gelombang
yang lebih rendah. Gelombang permukaan (surface wave) sampai terakhir
karena memiliki cepat rambat yang paling rendah. Seismograf mencatat semua
itu dalam bentuk seismogram.
Nah, mengapa kadang sampai getaran terkecil pun
masih bisa ditangkap oleh seismograf, namun tidak oleh manusia?
Gempa bumi adalah vibrasi
permukaan bumi. Permukaan hanya melibatkan kerak bumi, dimana terjadi
pergesekan sebongkah kerak dengan kerak yang lain, dengan kekuatan dan
pergerakan yang signifikan. Energi dari pergerakan ini diubah menjadi getaran
di dalam bumi. Selanjutnya, getaran ini dapat dirasakan sampai
ratusan kilometer.Getaran-getaran ini adalah sejenis gerakan gelombang
yang bergerak dengan kecepatan yang bervariasi melalui kerak bumi. Karena
kadang getaran-getaran itu menempuh jarak yang tidak dekat, bisa jadi Anda
tidak dapat melihatnya, bahkan ketika sudah sampai di bawah kaki Anda.
Tetapi seismograf dapat.
Cara kerja seismograf
Ada beberapa skala yang
digunakan untuk mengukur kekuatan gempa. Yaitu skala Omori, Mercalli,
Cancani, dan Richter. Skala richter merupakan skala yang paling terkenal,
serta yang paling sering digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, umumnya
disebut dengan magnitude (M). Berdasarkan skala-skala ini, kita dapat
memahami potensi kekuatan gempa bumi yang pada akhirnya berguna dalam
perencanaan tata kota. Seperti desain jalan raya, konstruksi bangunan,
jembatan layang, bandara, dan lain-lain.
Berdasarkan skala Richter, kekuatan gempa bumi
dapat dibagi menjadi:
•) > 3,5 Terekam, namun biasanya tidak terasa.
•) 3,5-5,4 Sering terasa, namun jarang menimbulkan
kerusakan.
•) < 6,0 Berpotensi menyebabkan kerusakan berat
pada bangunan yang kurang kuat.
•) 6.1-6.9 Berpotensi menyebabkan kerusakan fisik
dan memakan korban jiwa sampai radius 100 km.
•) 7.0-7.9 Tergolong gempa besar. Berpotensi
menyebabkan kerusakan serius dengan cakupan wilayah yang luas.
•) > 8 Gempa bumi besar. Berpotensi menyebabkan
kerusakan serius, dengan cakupan wilayah beberapa ratus km.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, sekarang
alat pendeteksi gempa sudah dilengkapi dengan hasil catatan yang lebih
akurat dan terperinci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar